cintamu hanya seharga sepeda ontel (1)

cintamu hanya seharga sepeda ontel

Aku si Tedjo dengan warisan gubuk reok dari nenek dipinggir jalan, sedang ayah dan ibupun sama telah lama meninggal di usiaku yang baru belasan, nenekpun tidak mampu sekolahkan kejenjang lebih tinggi,maka dari itu pendidikan hanyalah sd,malangnya nasibku,ingin kerja saja harus memakai ijazah perguruan tinggi ataupun smu.


seperti mayat yang hidup hanya didalam kamar,menunggu bantuan dari paman paman yang ada disekitarku.

Belum lagi yang kulihat di tembok tembok penuh perhiasan foto foto ataupun nama Nur,gadis yang sangat kutaksir itu,memori masa kanak kanakanku,bermain sepeda bersama ataupun jenis jenis permainan wong ndeso lainnya.sedang ia sudah pindah kota lain ,hingga jarak yang sebagai pemisah kami.



apa yang bisa kulaakukan untuknya,dimana aku sadar diri bahwa aku tidak punya apa apa,bukankah wanita itu butuh makan dan susu buat anak pertama,darahku mendidih tapi tiada daya untuk melakukan apa apa


seorang penyair tetangga sebelah, memberikanku buku penuh sajak dan terjemahannya,mungkin inilah obat dari kefanaan dunia ini,merenung dalam kondisi setengah hidup,yang menjadi penghiburku adalah kata kata dalam sajaknya

diatas langit masihlah ada langit,sedang didunia ini hanya ada kekosongan belaka dalam senang maupun susah,karena semuanya hanyalah tipuan dunia



aku masih mempunyai harta berupa tabungan warisan nenekku yang telah meninggal .uang sejumlah 3 juta rupiah,lalu mau diapakan dengan uangnya.


ingin melakukan hal sama dengan si Marwan,menggandakan uangnya berkali kali lipat ,bahkan ia terus membujukku untuk melakukan hal yang sama dengannya,terpikirkan pula :apakah hanya untuk mencari uang harus berdarah darah,sampai aku harus mengorbankan darah anakku esok dialiri oleh darah kotor ketamakan,tersingkirlah pikiran itu.

Malam semakin larut membuat mataku semakin layu ,kemudian dengan bantal kutaruhlah pipi sebelah kananku hingga ingin bermimpi saja dengan bekas bekas air liur kenikmatan.disaat aku sendiri tidak punya pegangan payung sebagai pelindung jika esok hujan memberatkan langkahku.sehingga didalam diam terdapat doa dan kenikmatan sebelum menjemput sang mentari.



Dor dor dor!!!

Keras sekali ketukan pintu yang menggedor hingga terbangun di pagi buta ,lalu dengan sandal dan sarung lusuh yang kupakai,sesegeralah beranjak dan membuka pintu yang terbuat dari kayu.

Ternyata Muna,perempuan yang hamil dan ditinnggal suaminya karena hubungan mereka tidak direstui ,hingga membuat sang suami pulang diketiak orang tuanya.



dengan matanya yang memerah,hendak menangis,Muna berkata”pinjamin aku uang mas,karena ingin melahirkan secara operasi,sudah harus dikeluarkan mas pagi ini” akupun berkata “Sebentar dek..,duduk dahulu saja di kursi”

Kata kata mengalir deras bersama dengan air mata yang tiba tiba turun, membuat ketidaktegaan “berapakah yang ingin kamu pinjam dek...?”tanyaku

“barter dengan sepeda onthel mas , 3 juta”

mengelus dadaku,terpikirkan ,bahwa uang itu hendak buat modal hidup dengan Nur jika ,seketika bisa melamar Nur, ,baiklah dalam pikiranku,bersamaan denga kata lirih yang terucap

BISMILLAH

“bawalah buku tabunganku dek Muna”

Tersumbat tangisnya dipagi hari beriringan dengan langkah kakinya keluar dari pintu,tersumbat pula pikiranku dengan kekhawatiran akan diriku sendiri.uang 3 juta raib tergantikan oleh sepeda onthel.hingga membuat tanya pikirku

“lalu dengan apa aku harus melamar nur”


Kepalakukupun berat sekali dengan mataku yang terus menatap sepeda ontel yang tua,sambil berjalan masuk kedalam kamar kembali ,hingga kurebahkanlah pundakku di tembok kayu.

Suara gayung adzanpun saling bersambung di waktu subuh,sedangkan aku hanya terus duduk termenung ,dengan pikiranku yang berputar putar pandangi foto foto nur...


Dengan telingaku yang masih terpasang bak radar yang tajam ,sedikit terdengar sebuah kata kata yang menyengat pikiran dan hatiku,karena aku tiada daya untuk menjemput kata kata sang kyai yang berkata

carilah ilmu setinggi langit,jadilah orang yang kaya ,menikahlah hingga punya keturunan anak yang soleh dan solehah,karena hanya dengan ilmu yang bermanfaat ,kaya untuk beramal dan anak soleh bekal untuk kehidupan di akherat nantinya


Ah.....tidur lagi sajalah,daripada dicekoki ceramah yang ia sendiri tidak pernah melihat siapa sebenarnyaa yang diceramahinya. (baca kelanjutanya seri 2)


Karya : Sufi Akbar Muhamad




Comments

Post a Comment