Pameran Patung "SEKARAT"

21 September jam 19:00 - 27 September jam 19:00


Taman Budaya Yogyakarta
Jl. Sriwedari no 1
Kota Yogyakarta (Yogyakarta)


Mendengar kata sekarat mengingatkan kita pada suatu kematian. Sekarat dalam pengertian kami, memiliki konsepsi tentang istilah "sakarat", yaitu sesuatu yang dimaknai sebagai salah satu ukuran yang harus kita pahami.
Konon, sekarat juga erat hubungannya dengan upacara "kurban" yang dipersembahkan sekelompok orang kepada penguasa suatu tempat guna mendapatkan keselamatan dan berkah kehidupan. 



Dari sana kita bisa melihat suatu proses kematian yang akhirnya bisa diambil kesimpulan suatu makhluk atau seseorang sedang sekarat. Pengambilan kata "sekarat" dalam kegiatan ini tidak mengacu kepada upacara kurban yang pernah dilakukan oleh para pendahulu, namun lebuh menekankan kepada suatu proses yg dijalani korban ketika harus kehilangan yang paling vital bagi dirinya sendiri sebagai suatu ukuran. Sekarat bisa juga diartikan suatu simbol ironi dari ketimpangan sosial dimana ada pihak yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam kehidupan masyarakat kita ketimpangan semacam ini sudah lama terjadi dan juga sudah lama disadari tetapi hingga kini belum juga ditemukan solusinya. 


Sekarat akhirnya harus kita yakini sebagai suatu masalah yang harus ada, bahkan menjadi salah satu proses dalam kehidupan kita. Apakah hidup hanya semacam takdir yang harus kita amini?


Sekedar mengingatkan, bahwa masyarakat kita terdahulu selalu mengungkapkan rasa syukur terhadap apapun yang terjadi atau menimpa mereka. Mereka menganggap semua itu atas kehendak alam yang telah memberi kesuburan dengan segala macam manfaatnya. Tetapi ketika semua manusia menjadi terdidik dan terlatih untuk mengelola dan memanfaatkan alam ini, semuanya justru menjadi terbalik. Alam yang ramah perlahan terbalik menjadi bencana, dan bencana itu tidak sekedar bencana alam namun mencakup pula bencana pikiran berupa krisis kepercayaan. Lantas bagaimana kita bisa menjalani aktivitas ini jika 


kita telah mencapai taraf sekarat?
Dalam konsep ini, "SEKARAT" tidak terkait dengan hal mistik, melainkan sesuatu yang mengacu pada bahasa visual untuk mengungkapkan suatu rasa kita tentang istilah berat, baik karena tekanan, kepentingan, manipulasi, dan sebab akibat yang bergulir dalam siklus kehidupan yang tentunya sangat bervariasi. Acara ini dimaksudkan sebagai kegiatan pembangkitan kesadaran seniman untuk senantiasa menyikapi makna kesadaran alam.

MAKSUD DAN TUJUAN

- Mempresentasikan gagasan pemikiran media tiga dimensi "SEKARAT" dengan multi manivestasi untuk sebuah keseimbangan.
- Membangun rasa persaudaraan dan kemanusiaan guna mengukur kesadaran akan keadaan alam, serta kondisi peradaban manusia yang semakin kritis.

PESERTA

- Allatief - Nanang Pancasila
- Adi Gunawan - Priyaris Munandar
- Abdi Setiawan - Pandu Mahendra
- Ali Vespa - Robert Khan
- Budi Bardabas - Roni Lampah
- Budi Punk - Syahrizal Zain Koto
- Bambang Hermawa - Sripramono
- Doni Kabo - Sumarwan
- Edi Prabandono - Tri Suharyanto
- Franky Pandana - Tri Sasongko
- Fita - Uret Pariono
- Harlen - Widodo
- Ismanto - Yustoni Valentero
- Hapy Joni Candra - Yayas
- Kristiantoro - Nugroho
- Lanjar Jiwo - Nur Ibrahim
- Martono - Nino
- Malaikat

Pelindung : Garin Nugroho
Penasehat : Nanang
Kurasi : Aa Nurjaman



Comments