Skip to main content
Ebook wajib baca bagi sastrawan dan budayawan
Setelah berjalan-jalan ke dunia lain ternyata menemukan perpustakaan yang menyediakan berbagai ebook untuk didownload ada juga yang kayaknya berbayar, tapi saya berniat baik untuk menyebarkan misi dan visi mereka dengan mempost artikel mereka beserta link menuju tempat ebook mereka.
Untuk lebih jelasnya saya telah memilih beberapa ebook yang menurut saya wajib untuk kawan-kawan baca, beberapa diantaranya adalah:
Dari langit: kumpulan esai tentang manusia, masyarakat, dan kekuasaan
Rizal Mallarangeng
Jakarta : KPG, Freedom Institute 2008
“Tulisannya
(Rizal Mallarangeng) tentang pelbagai persoalan politik di Indonesia,
yang dihimpun dalam buku ini, menunjukkan kualitas yang langka di antara
mereka yang mengisi kolom-kolom koran dan majalah sejak dua dasawarsa
terakhir: paparannya terang, tapi tak pernah simplistis, argumennya
bergairah, tapi tak pernah meremehkan pandangan yang berlawanan.. Ia
dapat menggabungkan pengetahuan teori yang luas dan dalam-yang tak saya
lihat pada ilmuwan politik lain-dengan rasa terlibat dalam soal-soal
yang aktual di sekitarnya....
Ketika demokrasi liberal dirundung apa yang disebut Simon Crithley dalam
Infinitely Demanding (Verso, 2008) sebagai “motivational deficit”, kembalinya “the ethical”
ke dalam “the political” memang perlu. Dalam tulisan-tulisannya , Rizal
tidak mencoba membantu pencarian ke arah itu. Tapi itu memang bukan
tugas dan panggilannya sebagai seorang ilmuwan politik-meskipun ia
ilmuwan dan sekaligus komentator politik terbaik yang kita punyai selama
ini.” Goenawan Mohamad
Membela Kebebasan
Hamid Basyaib
Jakarta : Pustaka Alvabet ; Freedom Institute, Agustus 2006
Liberalisme
dan segala sesuatu yang terkait dengan paham kebabasanini sedemikian
cemar dalamkesadaran bangsa Indonesia. Enam puluh tahun setelah negeri
kita merdeka, tak ada seorangpun yang berani membentuk partai politik
liberal atau sebaliknya menggariskan haluan ini dalam platformnya.
Sejarah lembaga swadaya masyarakatdi berbagai bidang di tandai kuatnya
dominasi kelompok-kelompok yang beraliran anti liberal.
Organisasi-organisasi keagamaanpun mengecamnya, karena mengidentikannya
dengan ketidakadilan sosial dan gaya hidup serba-bebas.”Liberalisme” dan
“liberal” selalu di sebut dengan nada mencibir, kalaupun bukan dengan
rasa jijik dan benci, juga di media masssa dan lembaga-lembaga
pendidikan.
Seberapa jauh kebenaran pencitraan negatif itu? tiga puluh empat
tulisann dalam buku ini mencoba mendudukkan isu ini secara lebih
proporsional. Berasal dari program radio “Forum Freedom”, buku ini
meliput pelbagai aspek dengan bertumpu pada semangat paham kebebasan
tersebut.
Menegakkan Hukum, dan Hak Warga Negara : Pers, Buku dan Film
Adinda Tenriangke Muchtar dan Antonius Wiwan Koban
Jakarta: Freedom Institute; Friedrich Naumann Stiftung , 2010
Buku
tipis ini berangkat dari kegundahan buruknya kondisi kebebasan
berekspresi di Indonesia. Sejatinya, setelah sepuluh tahun reformasi,
kondisi kebebasan kita semakin baik. Politik yang semakin stabil dan
pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus semestinya diiringi dengan
pencapaian di bidang lain, khususnya menyangkut kebebasan pers, buku,
dan film. Buku ini di niatkan sebagai guidelines yang bisa digunakan
oleh para politisi, pengambil keputusan, dan pemimpin negeri ini untuk
melihat persoalan seputar kebebasan berekspresi di Indonesia. Ditulis
secara ringkas dan padat, buku ini di harapkan dapat memberikan gambaran
umum tentang persoalan yang kita hadapi.
Luthfi Assyaukanie, Pengantar
Comments
Post a Comment